Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan kepada kita semua
buah kecerdasan yaitu otak, dengan kapasitor memori yang besar, sehingga kita
sebagai khalifah di muka bumi ini merupakan makhluk yang paling mulia
derajatnya dari sebaik-baik kejadian dari semua makhluk yang diciptakan Allah.
Shalawat dan salam senantiasa kita panjatkan kepada Nabi kita Muhammad
SAW, yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang
benderang, sampai dengan saat ini. Alhamdulillahirobbil alamin, saya telah
menyelesaikan satu buah tugas yang berjudul “KUALITAS GAMBAR RADIOGRAF”, yang dalam hal ini
sekaligus bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai fotoradiograf yang baik.
Pada
dasarnya, lima karakteristik image radiografi menentukan kualitasnya: spasial
resolusi, kontras resolusi, noise, distorsi dan artefak (sprawls, 1955). Setiap
karakteristik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan
processing, geometri, gerakan, kontras subjek, teknik kontras film, reseptor
image, ukukran titik fokal, kondisi yang dilihat, dan penampilan
peneliti/observer. Dalam CT-Scan beberapa faktor yang mempenngaruhi kulaitas
gambar telah diidentifikasi dan didiskusikan dalam beberapa kesempatan.
Kalender dan polacin 1991 juga membedakan kualitas gambar CT-scanning dalam
geometri spiral.
Berdasarkan
data tersebut maka penulis membuat makalah untuk membahas parameter kualitas gambar.
1)
Apa itu
parameter kualitas gambar
2)
Faktor-faktor
yang menjadi parameter kualitas suatu gambar
3)
Bagaimana
parameter kualitas gambar pada CT-Scan
1) Pengertian
parameter kualitas gambar
2) Faktor-faktor
yang menjadi parameter kualitas gambaR
3) Parameter
kualitas gambar pada CT-SCAN
a.
Signal adalah informasi yang diperlukan dari sistem pencitraan, misalnya
radiograf
b.
Signal dapat didefinisikan sebagai siza minimum objek yang harus terlihat
c.
Noise adalah sesuatu yang dapat mengurangi signal pada gambaran
d. Noise,
dalam film / screen sistem konvensional, dapat didefinisikan sebagai
graininessgambar.
Eksposi dan proses pada film akan menghasilkan derajat
dan pola penghitaman film yang tergantung dari berbagai factor. Beberapa
kualitas gambar yang dapat dilihat pada hasil gambaran radiografi adalah
a. Densitas Radiografi
Menurut Stuart dan
Michael, densitas radiografi adalah keseluruhan derajat penghitaman pada film
radiografi yang telah dieksposi dan mengalami proses pencucian.
b. Kontras Radiografi
Menurut Stuart dan
Michael, kontras radiografi biasanya melukiskan jarak atau perbandingan hitam
dan putih pada gambaran radiografi.
c. Detail Radiografi
Detail radiografi
adalah hasil gambaran radiografi yang mampu memperlihatkan struktur yang kecil
dari organ yang difoto.
d. Ketajaman
Ketajaman adalah
hasil gambaran radiografi yang mampu memperlihatkan batas yang tegas
bagian-bagian objek yang difoto sehingga struktur organ terlihat dengan baik.
Adapun pembahasan tentang:
a. Densitas Radiografi
Menurut The
Collaboration for NDT Education. 2010. Radiography Densitas film adalah
ukuran tingkat kegelapan dari suatu film. Secara teknik, hal ini disebut
transmitted density yang terjadi pada film berbahan dasar transparan yangdiukur
sejak saat cahaya ditransmisikan melewati film. Densitas merupakanfungsi
logaritma yang menjelaskan suatu perbandingan dari dua pengukuran,secara
spesifik merupakan perbandingan antara intensitas cahaya yang masuk kefilm (I0)
terhadap intensitas cahaya yang keluar melewati film (It).
D=logI0It
Densitas film diukur
dengan alat yang disebut densitometer. Secara sederhana, densitometer memiliki
sensor fotoelektrik (photoelectric sensor) yang dapat menghitung banyaknya
cahaya yang ditransmisikan melewati selembar film. Film diletakkan di antara
sumber cahaya dengan sensor dan pembacaan densitas dilakukan oleh instrumen.
b. Kontras
Radiografi
Menurut The
Collaboration for NDT Education. 2010.Radiography Kontras radiografi
merupakan derajat densitas perbedaan antara dua area pada gambar radiografi.
Kontras memudahkan identifikasi ciri-ciri yang berbeda pada area inspeksi
seperti goresan, patahan dan sebagainya. Gambar di bawah menunjukkan perbedaan
dua film hasil radiografi dengan obyek yang sama yaitu stepwedge. Gambar
radiografi yang atas memiliki kontras yang lebih tinggi, sedangkan gambar yang
bawah memiliki kontras yang lebih rendah. Saat keduanya disinari pada material
dengan ketebalan yang sama, gambar dengan kontras yang tinggi memberikan
perubahan densitas radiografi yang mencolok. Pada kedua gambar terdapat
lingkaran kecil dengan densitas yang sama. Lingkaran ini lebih mudah diamati
pada gambar radiografi dengan kontras yang tinggi.
Ada dua hal yang mempengaruhi kontras radiografi ,
yaitu subyek kontras dan detektor kontras atau film radiografi itu sendiri.
1) Subjek kontras
Subyek
kontras merupakan perbandingan intensitas radiasi yang ditransmisikan melewati
area berbeda dari maerial yang diinspeksi. Hal ini tergantung pada kemampuan
serapan material yang berbeda-beda, panjang gelombang radiasi dan intensitas
radiasi serta hamburan balik radiasi (back scattering).
Perbedaan
material dalam menyerap radiasi, berakibat pada tingkat kontras film
radiografi. Perbedaan ketebalan atau massa jenis material yang lebih besar,
akan memberikan perbedaan densitas radiografi atau kontras yang semakin besar.
Akan tetapi, dari satu obyek material bisa dihasilkan dua gambar radiografi
dengan kontras yang berbeda. Sinar-X yang ditembakkan dengan kV yang lebih
kecil akan menghasilkan gambar radiografi dengan kontras yang lebih tinggi. Hal
ini terjadi karena energi radiasi yang rendah lebih mudah diserap oleh bahan,
sehingga perbandingan foton yang ditransmisikan melewati material yang tebaldan
tipis akan lebih besar dengan energi radiasi rendah.
Secara
umum jika senstivitas tinggi, maka latitude akan rendah. Radiographic latitude
merupakan jangkauan ketebalan material yang bias tergambar pada film. Hal ini
berarti banyaknya area dari ketebalan yang berbeda akan tampak pada gambar.
Gambar radiografi yang baik memiliki kontras dan latitude yang seimbang,
artinya cukup kontras untuk mengidentifikasi ciri-ciri area inspeksi, tapi juga
menyakinkannya dengan latitude yang baik, sehingga seluruh area dapat
diinspeksi dalam satu gambar radiografi.
2)
Film kontras
Kontras film
merupakan perbedaan densitas yang dihasilkan oleh setiap tipe film radiografi
yang telah melalu proses radiografi (Chris Gunn, 2002:175). Penyinaran radiasi
pada film untuk mendapatkan film dengan densitas yang lebih tinggi secara umum
akan meningkatkan kontras pada gambar radiografi. Kurva karakteristik film
secara umum ditunjukkan padagambar di bawah. Kurva ini memberi gambaran tentang
respon film terhadap jumlah penyinaran radiasi. Dari bentuk kurva dapat dilihat
bahwa saat film tidak mengalami interaksi dengan foton, kurva memiliki tingkat
kemiringan yangrendah. Pada daerah kurva ini, perubahan penyinaran radiasi yang
besar hanya akan memberi sedikit perubahan densitas film, sehingga sensitivitas
film relatif rendah.
Menurut Plaast 1969,
kurva karakteristik merupakan sebuah kurva yang memberikan hubungan antara nilai
densitas dengan factor eksposi yang dihasilkan oleh serangkaian eksposi (Dalam
Win Priantoro, 2009:7) , adapun fungsi dari kurva karakteristik yaitu:
a) Untuk mengetahui
besar kecilnya fog level
b) Untuk menilai kontras
c) Untuk menilai besar
kecilnya nilai latitude
d) Untuk menilai densitas
maksimum
e) Untuk menilai daerah
solarisasi
f) Untuk
membandingkan kecepatan film
Kurva ini pertama
kali ditemukan oleh Hurteen dan Drifield pada tahun 1890, maka dari itulah
kurva ini biasanya disebut juga dengan kurva H dan D.
Dapat disimpulkan bahwa kontras radiografi memiliki
unsur yang berbeda :
1) Kontras Objektif, Perbedaan persepsi/penilaian mata, masing-masing orang dalam membedakan kontras
radiografi.
Adapun
penyebabnya :
a. Faktor radiasi
·
Kualitas
sinar primer
·
Sinar
hambur / scatter
b. Faktor film
c. Faktor processing
·
Jenis
& susunan bahan pembangkit
·
Waktu
& suhu pembangkitkan
·
Lemahnya
cairan pembangkit
·
Agitasi
film
·
Reducer
2) Kontras Subjektif, yaitu Perbedaan gambaran hitam dan putih
yang diukur dengan alat densitometer.
a.
Ketajaman
Citra-radiografi
merupakan bentuk bayangan; citra yang diperoleh sebagai akibat dari sinar x
melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada tembok bila melewatkan sinar matahari
pada tubuh. Bayangan yang membentuk citra radiografi haruslah dengan
bentuk yang jelas dan tajam, dimana tingkat pengaburannya berkurang. Pada
praktek bentuk bayangan sering diikuti oleh pengaburan, dimana tingkat
pengaburan itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
1) Faktor Geometrik; yang
berhubungan dengan pembentukan citra (misal : ukuran,jarak)
2) Faktor Goyang; yang
berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat
3) Faktor Fotografi atau
intrinsik; yang berhubungan dengan bahan perekam citra.
4) Layar
Pendar terdiri dari kristal fosfor yang bila terkena sinar-x akan memendarkan
cahaya, ini menimbulkan ketidaktajaman bentuk.
5) Efek Parallax
pengamatan dari jarak tertentu dengan sudut yang berbeda.
6) Emulsi
film ”iradiation”, yakni menyebar/melebarnya cahaya yang tiba pada film,
menyebabkan ketidaktajaman bentuk citra.
Ketajaman Radiografi
dimaksudkan untuk membedakan detail dari struktur yang dapat terlihat
pada citra radiografi. Karena itu, semu faktor mengatur kontras (perbedaan
densitas) juga mempengaruhi ketajaman. Faktor ini bersifat obyektif
karena dapat diukur. Ketajaman dapatr juga dipengaruhi oleh faktor yang tidak
obyektif yang disebut faktor subyektif, sangat bervariasi tidak dapat
diukur, termasuk hal yang berada di luar. Citra seperti kondisi dari “viewer”
boleh dikatakan bahwa ketajaman yang dimaksud adalah kualitas visual yang lebih
bersifat subyektif.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi ketajaman,
yaitu:
1) Faktor Citra
Radiografi, meliputi:
a) Ketajaman dan kontras
objektif
b) Tingkat eksposi
Bila citra radiografi
berbatas/berbentuk jelas, benda densitas masih dapat diamati, walau tingkat
densitasnya sedikit (ketajaman baik walau dengan kontras yang sangat rendah).
Jika citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi, struktur masih dapat
terlihat jelas walau dengan batas yang tidak begitu tegas (ketajaman masih
dapat dilihat, walaupun detail struktur tidak optimal).Pada praktek radiografi,
hal itu dapat kita temukan pada x-foto abdomen untuk melihat struktur dari
janin, terlihat adanya perbedaan densitas yang kecil, namun bentuk janin
terlihat jelas. Juga pada x-foto abdomen anak kecil tertelan uang logam
terlihat adanya perbedaan densitas yang tinggi, ketajaman uang logam masih
terlihat walau bentuknya tidak tegas (uang logam bergerak). Dengan demikian,
batas yang tegas dari citra radiografi tidak hanya tergantung oleh
ketajaman/kontras tetapi dari keduanya. Tingkat eksposi signifikan merubah
kontras yang terlihat pada citra radiografi. Bila terjadi overexposure maka
densitas pada seluruh bidang film juga meningkat, tetapi “kontras obyektif”
(overexposure tidak berlebihan) tidak berubah, karena perbedaan melewatkan
cahaya dari seluruh bidang x-foto tetap ada dan dapat diukur. Karena densitas
yang demikian besar, mata sudah tidak dapat lagi melihat, karena tidak ada lagi
cahaya dari viewer yang dapat melaluinya. Oleh karena itu pemirsa mengatakan
bahwa kontras visual berkurang karena overexposure, jadi kontras visual ini
bersifat subyektif tidak dapat diukur. Pada underex posure dimana densitasnya
sangat minim menyebabkan kontras obyektif dan subyektif menjadi kurang.
2) Faktor
Viewer/Illuiminator (alat baca x-foto)
Hubungannya
terhadap detail (devinition) adalah dengan contras subyektif faktor viewer
dapat dilihat dari segi:
a) Penerangan
Penerangan
lampu viewer dapat dengan berbagai warna, intensitas, dan homogenitas;
diluminator yang moderen denfgan dilengkapi dengan beberapa lampu TL yang
memancarkan cahaya biru cerah dan homogen, dapat meningkatkan nilai kontras
“kontras-fisual”. X-foto yang overexposure dengan menaikan intensitas
penerangan illuminator akan meningkatkan kontras subyektif, sedangkan
yang underexposure intensitas cahaya diturunkan hingga kontras visual dapat tercapai.
Pada umumnya viewer dilengkapi dengan alat pengatur terangnya cahaya, sesuai
dengan keadaan citra radiografi yang sedang ditayangkan. Ruang baca x-foto
sebaiknya ruangan redup (watt rendah) sehingga cahaya yang keluar dari viewer
dapat diamati dengan baik.
b) Penglihatan
Pemirsa
Kontras
citra radiografi oleh mata kelihatnaya dipengaruhi oleh tingkat penerangan yang
diadaptasi, dan oleh silaunya cahaya viewer. Mata yang beradaptasi dengan
cahaya terang tidak dapat mengamati perbedaan densitas pada tingkat gelap, dan
detail. Juga bila viewer dengan x-foto densitas sedikit, melewatkan cahaya yang
menyilaukan, menyebabkan kegagalan untuk melihat detail struktur. Untuk
mencegah cahaya yang menyilaukan, viewer dilengkapi dengan semacam diagfragma
yang dapat membatasi luas penerangan. Spot light yang berada di luar viewer
gunanya untuk mengamati bagian tertentu dari film yang densitasnya gelap.
c).
Distorsi
Merupakan perbandingan yang salah dari struktur yang
direkam, bentuk serta hubungan dengan struktur lainnya kurang betul. Hasil yang
benar diperoleh bila garis tengah struktur yang akan di x-foto berada sejajar
dengan film yang tegak lurus dengan pusat sinar-x. Hal ini sering terlihat pada
x-ray foto gigi, bila hal ini terjadi, maka x-ray foto gigi akan terlihat
bertumpuk satu sama lain, dapat lebih panjang atau lebih pendek.
d). Ukuran Citra
Radiografi
Karena
sinar-x yang memencar dari focus sifatnya divergen mengaklibatkan ukuran
citra radiografi boleh disebut menjadi lebih besar dari ukuran sebenarnya.
Adapun pembesaran yang terjadi disebabkan oleh jarak focus ke film (FFD), jarak
film ke objek (FOD), garis tengah struktur sejajar film dan tegak lurus dengan
pusat sinar x.
Menghitung
besarnya pembesaran :
ukuran sebenarnya =
(ukuran citra x FOD) : FFD
e). Detil dan Ukuran Objek
Obyek di dalam tubuh terdiri dari berbagai macam
ukuran. Semakin kecil ukuran obyek maka semakin detil gambar anatomi yang harus
didapatkan.Sebagai contoh, bila ukuran obyek besar maka detil yang dihasilkan
dapat diamati (tidak mengalami kekaburan), begitu pula bila ukuran obyek
diperkecil, maka detil yang dihasilkan juga dapat diamati (tidak mengalami
kekaburan). Jadi ketika tidak terjadi kekaburan maka baik obyek yang besar
maupun yang kecil dapat kita amati. Sekarang bagaimana kalau obyek tersebut
kita kaburkan?
Kekaburan
mempunyai batas untuk mampu dilihat pada bayangan yang kecil. Sehingga
kekaburan itu mengakibatkan keterbatasan penglihatan detil gambar.Ada tiga
pengaruh dari kekaburan, yaitu:
1)
Kekaburan mengakibatkan penurunan kemampuan untuk memperlihatkan detil anatomi
obyek. Padahal hal tersebut sangat penting dalam penggambaran citra medik.
2)
Kekaburan menurunkan nilai ketajaman (sharpness) struktur dan obyek citra
medik. Sehingga ketidaktajaman (unsharpness) sering digunakan sebagai pengganti
istilah kekaburan (blurring).
3) Kekaburan menurunkan
karakteristik citra medik yang disebut resolusi bagian (spatial resolution).
Resolusi adalah pengaruh dari kekaburan yang dapat diukur dengan mudah dan digunakan
untuk mengevaluasi dan menentukan karakteristik kekaburan dari system dan
komponen citra medik. Resolusi digambarkan sebagai banyaknya jumlah pasang
garis (LP) yang tampak dalam setiap satuan mm. Menaikkan nilai LP/mm biasanya
berhubungan dengan menaikkan detil citra medik. Oleh sebab itu resolusi bagian
yang tinggi (baik) menandakan kenampakan (visibility) detil anatomi yang
akurat.
Densitas dipengaruhi oleh :
a. Kilovolt (kV)
Menunjukkan kualitas sinar-x karena berhubungan dengan
kemampuan sinar-x dalam menembus bahan. Pada saat kilovolt ditingkatkan maka
akan menghasilkan sinar-x yang memiliki tenaga penetrasi yang lebih besar. Jika
tenaga penetrasi sinar meningkat maka kontras pada gambar radiograf yang
dihasilkan akan menurun. Maka dariitu perlu dikondisikan ukuran yang maksimum.
b. Mili Amphere (mA)
Menunjukan besarnya arus yang terjadi selama eksposi
berlangsung.Pada saat miliampere meningkat kuantitas sinar akan
meningkat dan dengan begitu akan menghasilkan ketajaman gambar pada radiograf.
c. Second (s)
Waktu eksposi/lamanya sinar-x yang keluar saat
pemotretan dalam satuan detik.
d. mAs
kualitas sinar yang dihasilkan.
e. FFD (Focus Film Distance)
Jarak pemotretan dari fokus pesawat ke film.Pada saat
jarak pemaparan dibuat dekat maka intensitasnya akan meningkat tetapi akan ada
kecenderungan terjadi pembesaran gambar. Oleh karena itu perlu ditempatkan pada
jarak yang optimal. Biasanya jaraknya dibuat konstan sejauh 36 inci.
f. Ketebalan objek
Semakin tebal objek yang akan difoto, faktor eksposi
semakin meningkat
g. Luas lapangan penyinaran
Intensitas sinar-x yang keluar dari tube sinar-x
Faktor yang mempengaruhi kontras :
-
Tegangan tabung
- Perbedaaan koefisien
atenuasi linear gambar, dipengaruhi oleh kecepatan jenis dan nomor atom objek.
-
Radiasi hambur akan menurunkan nilai kontras
-
Penggunaan grid akan meningkatkan kontras radiografi dan menyerap radiasi
hambur
-Processing film : agitasi yang
terlalu lama menyebabkan gambaran hitam meningkat (kontras menurun), cairan
processig yang lemah menyebabkan kontras menurun.
a)
Waktu Pemaparan (detik)
Pemaparan yang berlebih ataupun
pemaparan yang kuran akan mempengaruhi hasil radiograf. Hal yang baik dilakukan
adalah mengurangi waktu pemaparan ke waktu minimum untuk menghindari adanya
pergerakan oleh pasien pada saat dilakukan pemaparan.
b)
Jarak bagian film
Jarak antara bagian yang akan
terpapar dan film harus seminimal mungkin dengan tujuan untuk mendapatkan
ketajaman yang bagus dan untuk menghindari pembesaran gambar. Jarak yang dibuat
adalah nol dengan menetapkannya tetap kontak dengan kaset.
c)
Ketebalan jaringan
Jika ketebalan jaringan meningkat
maka KVP harus ditingkatkan untuk mendapatkan tenaga penetrasi sinar yang lebih
besar.
d)
Tipe film yang digunakan
Film yang berbeda dengan atau tanpa
intensfying screen dipilih tergantung pada keperluan.
Gambar pada Ct-Scan dapat terjadi
sebagai hasil dari berkas sinar-x yang mengalami perlemahan setelah menembus
objek, ditangkap detektor dan dilakukan pengolahan dalam komputer. Penampilan
gambar yang baik tergantung kualitas gambar yang dihasilkan sehingga aspek
klinis dari gambar tersebut dapat dimanfaatkan untuk menegakkan diagnosa.
Pada CT-scan dikenal beberapa parameter untuk
pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal (Bushberg,2003).
Adapun parameter tersebut adalah :
A. Slice
thickness
Slice thickness adalah tebalya irisan atau potongan
dari objek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm – 10 mm sesuai
keperluan klinis. Slice thickness yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan
detail yang rendah sebaliknya dengan slice thickness yang tipis akan
menghasilkan gambar dengan detail yang tinggi. Slice thickness yang tebal akan
menimbulkan gambar yang mengganggu seperti garis-garis dan apabila slice
thickness selalu tipis akan menghasilkan noise yang tinggi.
B.
Scan range
Scan range adalah pepaduan atau kombinasi dari
beberapa slice thickness yang bermanfaat untuk mendapatkan ketebalan potongan
yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.
C. Faktor
eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap eksposi, meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu
(s). Besarnya tegangann tabung dapat dipilih secara otomatis pada setiap
pemeriksaan (Jaengsri,2004)
Tegangan
tabung (kV) adalah beda potensial antara tabung katoda dan anoda. Semakin
tinggi awan elektron yang dihasilkan maka akan semakin kuat menembus anoda
sehinnga daya tembus yang dihasilkan akan semakin besar.
Arus tabung
(mA) adalah kuat lemahnya arus yang dihasilkan sinar-x, apabila arus tabung
besar maka elektron yang dihasilkan akan semakin besar.
Waktu (s)
adalah lamanya waktu eksposi, sangat berpengaruh terhadap jumlah elektron. mAs
berpengaruh terhadap jumlah elektron dan kualitas sinar-x.
D. Field
Of View (FOV)
Field of view adalah diameter maksimal dari gambar
yang akan direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang
12cm – 50cm.
Field of
view (FOV) kecil akan meningkatkan detail gambar (resolusi) karena field of
view (FOV) yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam rekonstruksi
matriks hasilnya lebih teliti.
·
Field of view (FOV) kecil, antara
100mm – 200mm akan meningkatkan resolusi sehingga detail ambar dan batas objek
akan tampak jelas. Field of view (FOV) kecil akan menyebabkan noise meningkat
(Nesseth,2000).
·
Field of view (FOV) sedang, yaitu
200mm diharapkan gambar yang menghasilkan memiliki spesial resolusi yang baik,
noise serta artefak sedikit (Genant,1982)
·
Field of view (FOV) besar, antara
350mm – 400mm akan menghasilkan spesial resolusi yang rendah karena pixel
menjadi besar akibat dilakukannya magnifikasi. Field of view (FOV) besar akan
menyebabkan noise berkurang dan kontras resolusi meningkat serta dapat
dihindari munculnya streak artifact (Genant,1982).
E.
Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang
vertikal dengan gantry (tabung sinar-x dengan detektor). Rentan gantry tilt
antara -300 sampai +300. Gantry tilt bertujuan untuk keperluan diagnosa dari
masing-masing kasus yang dihadapi, dan menentukan sudut irisan dari objek yang
akan diperiksa. Satuan ukur penyudutan gantry adalah derajat ( ͦ ).
F. Pitch
Pitch adalah jangka waktu yang berhubungan dengan
suatu kecepatan dan jarak. Pada CT-Scan helical, pitch didefinisikan sebagai
jarak (mm) pergerakan meja CT-Scan selama satu putaran tabung sinar-x. Pitch
digunakan untuk mengitung pitch ratio yang mana merupakan suatu ratio pada
pitch untuk slice thickness/beam collimation, pitch ratio (pitch) yaitu 1:1
atau sederhananya 1. Suatu ppitch dengan nilali 1 menghasilkan kualitas yang
terbaik dalam CT-Scan helical. Pitch ditingkatkan untuk meningkatkan volume
coverage dan kecepatan proses scanning. Nilai pitch berada dalam range 0 sampai
dengan 10, sedangkan pitch faktor antara 1 dan 2.
G. Rekonstruksi
matriKS
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom
dari picture element (pixel) dalalm proses perekonstruksian gambar.
Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam memori
komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Pada umunya matriks yang
digunakan beukuran 512 x 512 yaitu 512 baris dan 12 kolom. Pada pemeriksaan
CT-Scan ukuran matriks disesuaikan dengan alat yang tersedia. Rekonstruksi
matriks berpengariuh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai
maka semakin tinggi detail gambar yang dihasilkan (Bushberg,2003).
H. Rekonstruksi
algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang
digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakterisktik dari
gambar CT-Scan tregantung dari kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi
rekonstruksi algorithma yang dpilih maka semakin tinggi resolusi yang
dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperyi tulang, soft tissue
dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.
I. Window width
Window width adalah nilai computed tomography yang
dikonfersi menjadi gray scale untuk ditampilakn ke TV monitor. Setelah
menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma
maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama
nilai computed tomography. Nilai ini mempunyai nilai HU (Hounsfield Unit).
Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0
HU, jaringan lunak 140 HU sampai dengan 400 HU, untuk tulang mempunyai nilai
+1000 HU kadang sampai +3000 HU. Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang
dimiliki -1000 HU. Jaringan atau subtansi lain dengan nilai yang berbeda
tergantung dari nilai perlemahannya. Jadi penampakan tulang pada monitor
menjadi putih dan udara menjadi hitam. Jaringan dan subtansi lain akan
dikonversi menjadi warna abu-abu bertingkat yang disebut gray scale. Khusus
untuk darah yang semula dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi
putih apabila diberi media kontras (Rasad,1992).
J. Window level
Window level adalah nilai tengah dari window yang
digunakan untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada
karakteristik perlemahan dari struktur objek yang diperiksa. Window level
menetukan densitas (derajat kehitaman) gambar yang dihasilkan. Untk jaringan
lunak 30 HU – 40 HU, sedangkan untuk tulang 200 HU – 400 HU .
Nilai CT
pada jaringan yang berbeda dan penampakannya dalam layar monitor (Bontrager,
2001)
BAB III
PENUTUP
Parameter adalah suatu acuan atau tolak ukur yang dapat
digunakan untuk menetapkan keadaan atau kondisi, maupun kadar atau ukuran
kualitas suatu gambar radiograf. Faktor-faktor yang menjadi parameter kualitas
suatu gambar ialah densitas, kontras, ketajaman gambar, focal spot.
Sebagai
acuan pembelajaran radiofotografi mengenai parameter kualitas gambar. Serta
mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang menjadi parameter kualitas
gambar.