latest articles

GAGAL GINJAL

GAGAL GINJAL

Gagal Ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Karena ginjal memiliki peran vital dalam mempertahankan homeostatis, gagal ginjal menyebabkan efek sistemik multiple. Semua upanya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian gagal ginjal harus diobati secara agresif. Ada beberapa kategori gagal ginjal :

Ø Stadium 1 : kerusakan ginjal (kelainan atau gejala patologi kerusakan,
mencakup kelainan dalam pemeriksaan darah atau urine atau
dalam pemeriksaan pencitraan), dengan laju filtrasi glomerulus
(GFR) normal atau hampir normal, tepat atau diatas 90ml per menit
(≥ 75% dari nilai normal).

Ø Stadium 2 : laju filtrasi glomerulus antara 60 dan 89 ml per menit (kira-kira
50% dari nilai normal), dengan tanda-tanda kerusakan ginjal.
Stadium ini dianggap sebagai salah satu tanda penurunan
cadangan ginjal. Nefron yang tersisah dengan sendirinya sangat
rentang mengalami kegalan fungsi saat terjadi kelebihan beban.
Gangguan ginjal lainya mempercepat penurunan ginjal

Ø Stadium 3 : laju filtrasi glomerulus antara 30 sampai 59 ml per menit (25 %
Sampai 50 % dari nilai normal). Insufiensi ginjal dianggap terjadi
pada stadium ini. Nefron terus menerus mengalami kematian

Ø Stadium 4 : laju filtrasi glomerulus antara 15 dan 29 ml per menit (12 % sampai
24 % dari nilai normal) dengan hanya sedikit nefron yang tersisah

Ø Stadium 5 : gagal ginjal stadium lanjud; laju filtrasi glomerulus kurang dari 15
ml per menit (≥12% dari nilai normal). Nefron yang masih berfungsi
tinggal beberapa. Terbentuk jaringan perut dan atrofi tubulus ginjal.




GAGAL GINJAL

Gagal Ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Karena ginjal memiliki peran vital dalam mempertahankan homeostatis, gagal ginjal menyebabkan efek sistemik multiple. Semua upanya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian gagal ginjal harus diobati secara agresif. Ada beberapa kategori gagal ginjal :

Ø Stadium 1 : kerusakan ginjal (kelainan atau gejala patologi kerusakan,
mencakup kelainan dalam pemeriksaan darah atau urine atau
dalam pemeriksaan pencitraan), dengan laju filtrasi glomerulus
(GFR) normal atau hampir normal, tepat atau diatas 90ml per menit
(≥ 75% dari nilai normal).

Ø Stadium 2 : laju filtrasi glomerulus antara 60 dan 89 ml per menit (kira-kira
50% dari nilai normal), dengan tanda-tanda kerusakan ginjal.
Stadium ini dianggap sebagai salah satu tanda penurunan
cadangan ginjal. Nefron yang tersisah dengan sendirinya sangat
rentang mengalami kegalan fungsi saat terjadi kelebihan beban.
Gangguan ginjal lainya mempercepat penurunan ginjal

Ø Stadium 3 : laju filtrasi glomerulus antara 30 sampai 59 ml per menit (25 %
Sampai 50 % dari nilai normal). Insufiensi ginjal dianggap terjadi
pada stadium ini. Nefron terus menerus mengalami kematian

Ø Stadium 4 : laju filtrasi glomerulus antara 15 dan 29 ml per menit (12 % sampai
24 % dari nilai normal) dengan hanya sedikit nefron yang tersisah

Ø Stadium 5 : gagal ginjal stadium lanjud; laju filtrasi glomerulus kurang dari 15
ml per menit (≥12% dari nilai normal). Nefron yang masih berfungsi
tinggal beberapa. Terbentuk jaringan perut dan atrofi tubulus ginjal.




Read more

Bahaya Radiasi Sumber Radioaktif Terbuka

Bahaya Radiasi Sumber Radioaktif Terbuka Ada 3 Bagian :

1. Bahaya Radiasi Externa

                  Hampir semua Radionuklida yang digunakan sebagai sumber terbuka adalah pemancar gamma, dalam arti zat itu pemancar radiasi gamma murni (seperti halnya isotop Radioaktif) atau yang lebih bayak adalah pemancar Radiasi beta dan gamma. Karena itu halnya pada sumber terbungkus Radiasi tarsebut diatas dapat memberikan penyinaran pada bagian-bagian tubuh yang jauh letaknya pada sumber. Dosis yang mengenai tubuh dapat dihitung dengan menggunakan laju konstanta penyinaran spesifik.

                 Beberapa Radionuklida adalah pemancar beta murni tetapi harus diingat bahwa radiasi beta dapat menghasilkan bremsstrahlung pada dinding wadah seperti halnya dalam plastik, gelas, atau tabir metal.

2. Bahaya Radiasi Interna 

                  Dosis yang diberikan harus dievaluasi terhadap organ yang akan menerima resiko terbesar. Ini tidak selalu terjadi pada organ yang menerima dosis tinggi. Sebab tiap-tiap jaringan mempunyai kepekaan yang berbeda-beda terhadap Radiasi.

                Dalam mengevaluasi dosis rata-rata yang diterima suatu organ biasanya dianggap distribusi zat radioaktifdalam organ merata

                Untuk aktivitas tertentu yang dimasukan ke dalam tubuh, dosis yang diterima oleh berbagai organ tergantung pada kelakuan Farmakokinetika per senyawa dalam sifat Fisika dari Radionuklidanya.

3. Resiko Kontaminasi

                 Meskipun telah dilaksanakan semua persyaratan dengan hati-hati bahkan termaksud tidak menggunakan botol berisi zat Radioaktif untuk dosis ganda, tak dapat diletakan adanya kemungkinan bahwa dalam penanganan zat radioaktif cair terjadi tumpahan pada permukaan tempat kerja dan peralatan yang digunakan dan kadang-kadang juga dipermukaan lantai .
      
                Konstaminasi pada kulit adalah sumber Radiasi externa,tertama melalui penyinaran beta pada jaringan permukaan. Radioniklida dapat menyebabkan kontaminasi interna baik yang langsung melalui kulit apabila bentuk kimia Fisika dari persenyawaan dapat memungkinkanya (seperti dalam hal senyawa organik atau lemak).

                Lebih lanjud, kontaminasi permukaan dan pakaian dapat pula disebabkan oleh kontaminasi atmosfer karena debu atau tetesan sangat kecil membentuk suspensi dalam udara.

                Cara lain kontaminasi interna dapat terjadi ialah dengan memasukan zat Radioaktif melalui mulut sewaktu menggunaka pipet yang berisi zat Radioaktif dengan mulut.

                Semua Resiko kontaminasi semacam itu dapat dikurangi dengan kebiasaan kerja yang baik dan dengan seiringnya memonitor permukaan terhadap kemungkinan adanya kontaminasi.





Daftar pustaka : Joedoatmodjo Soekatjo. 1980. Pedoman Proteksi Radiasi di Rumah Sakit dan                                       Tempat Praktek Umum Lainnya : 11-15

Dipublikasikan : Zendra

Bahaya Radiasi Sumber Radioaktif Terbuka Ada 3 Bagian :

1. Bahaya Radiasi Externa

                  Hampir semua Radionuklida yang digunakan sebagai sumber terbuka adalah pemancar gamma, dalam arti zat itu pemancar radiasi gamma murni (seperti halnya isotop Radioaktif) atau yang lebih bayak adalah pemancar Radiasi beta dan gamma. Karena itu halnya pada sumber terbungkus Radiasi tarsebut diatas dapat memberikan penyinaran pada bagian-bagian tubuh yang jauh letaknya pada sumber. Dosis yang mengenai tubuh dapat dihitung dengan menggunakan laju konstanta penyinaran spesifik.

                 Beberapa Radionuklida adalah pemancar beta murni tetapi harus diingat bahwa radiasi beta dapat menghasilkan bremsstrahlung pada dinding wadah seperti halnya dalam plastik, gelas, atau tabir metal.

2. Bahaya Radiasi Interna 

                  Dosis yang diberikan harus dievaluasi terhadap organ yang akan menerima resiko terbesar. Ini tidak selalu terjadi pada organ yang menerima dosis tinggi. Sebab tiap-tiap jaringan mempunyai kepekaan yang berbeda-beda terhadap Radiasi.

                Dalam mengevaluasi dosis rata-rata yang diterima suatu organ biasanya dianggap distribusi zat radioaktifdalam organ merata

                Untuk aktivitas tertentu yang dimasukan ke dalam tubuh, dosis yang diterima oleh berbagai organ tergantung pada kelakuan Farmakokinetika per senyawa dalam sifat Fisika dari Radionuklidanya.

3. Resiko Kontaminasi

                 Meskipun telah dilaksanakan semua persyaratan dengan hati-hati bahkan termaksud tidak menggunakan botol berisi zat Radioaktif untuk dosis ganda, tak dapat diletakan adanya kemungkinan bahwa dalam penanganan zat radioaktif cair terjadi tumpahan pada permukaan tempat kerja dan peralatan yang digunakan dan kadang-kadang juga dipermukaan lantai .
      
                Konstaminasi pada kulit adalah sumber Radiasi externa,tertama melalui penyinaran beta pada jaringan permukaan. Radioniklida dapat menyebabkan kontaminasi interna baik yang langsung melalui kulit apabila bentuk kimia Fisika dari persenyawaan dapat memungkinkanya (seperti dalam hal senyawa organik atau lemak).

                Lebih lanjud, kontaminasi permukaan dan pakaian dapat pula disebabkan oleh kontaminasi atmosfer karena debu atau tetesan sangat kecil membentuk suspensi dalam udara.

                Cara lain kontaminasi interna dapat terjadi ialah dengan memasukan zat Radioaktif melalui mulut sewaktu menggunaka pipet yang berisi zat Radioaktif dengan mulut.

                Semua Resiko kontaminasi semacam itu dapat dikurangi dengan kebiasaan kerja yang baik dan dengan seiringnya memonitor permukaan terhadap kemungkinan adanya kontaminasi.





Daftar pustaka : Joedoatmodjo Soekatjo. 1980. Pedoman Proteksi Radiasi di Rumah Sakit dan                                       Tempat Praktek Umum Lainnya : 11-15

Dipublikasikan : Zendra
Read more

one piece



Read more

Film kontras



Film kontras

Kontras film merupakan perbedaan densitas yang dihasilkan oleh setiap tipe film radiografi yang telah melalu proses radiografi (Chris Gunn, 2002:175). Penyinaran radiasi pada film untuk mendapatkan film dengan densitas yang lebih tinggi secara umum akan meningkatkan kontras pada gambar radiografi. Kurva karakteristik film secara umum ditunjukkan padagambar di bawah. Kurva ini memberi gambaran tentang respon film terhadap jumlah penyinaran radiasi. Dari bentuk kurva dapat dilihat bahwa saat film tidak mengalami interaksi dengan foton, kurva memiliki tingkat kemiringan yangrendah. Pada daerah kurva ini, perubahan penyinaran radiasi yang besar hanya akan memberi sedikit perubahan densitas film, sehingga sensitivitas film relatif rendah.

Menurut Plaast 1969, kurva karakteristik merupakan sebuah kurva yang memberikan hubungan antara nilai densitas dengan factor eksposi yang dihasilkan oleh serangkaian eksposi (Dalam Win Priantoro, 2009:7) , adapun fungsi dari kurva karakteristik yaitu:

a)      Untuk mengetahui besar kecilnya fog level
b)      Untuk menilai kontras
c)     Untuk menilai besar kecilnya nilai latitude
d)     Untuk menilai densitas maksimum
e)      Untuk menilai daerah solarisasi
f)      Untuk membandingkan kecepatan film


Film kontras

Kontras film merupakan perbedaan densitas yang dihasilkan oleh setiap tipe film radiografi yang telah melalu proses radiografi (Chris Gunn, 2002:175). Penyinaran radiasi pada film untuk mendapatkan film dengan densitas yang lebih tinggi secara umum akan meningkatkan kontras pada gambar radiografi. Kurva karakteristik film secara umum ditunjukkan padagambar di bawah. Kurva ini memberi gambaran tentang respon film terhadap jumlah penyinaran radiasi. Dari bentuk kurva dapat dilihat bahwa saat film tidak mengalami interaksi dengan foton, kurva memiliki tingkat kemiringan yangrendah. Pada daerah kurva ini, perubahan penyinaran radiasi yang besar hanya akan memberi sedikit perubahan densitas film, sehingga sensitivitas film relatif rendah.

Menurut Plaast 1969, kurva karakteristik merupakan sebuah kurva yang memberikan hubungan antara nilai densitas dengan factor eksposi yang dihasilkan oleh serangkaian eksposi (Dalam Win Priantoro, 2009:7) , adapun fungsi dari kurva karakteristik yaitu:

a)      Untuk mengetahui besar kecilnya fog level
b)      Untuk menilai kontras
c)     Untuk menilai besar kecilnya nilai latitude
d)     Untuk menilai densitas maksimum
e)      Untuk menilai daerah solarisasi
f)      Untuk membandingkan kecepatan film
Read more

Kontras Radiografi



Kontras Radiografi

Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010.Radiography Kontras radiografi merupakan derajat densitas perbedaan antara dua area pada gambar radiografi. Kontras memudahkan identifikasi ciri-ciri yang berbeda pada area inspeksi seperti goresan, patahan dan sebagainya. Gambar di bawah menunjukkan perbedaan dua film hasil radiografi dengan obyek yang sama yaitu stepwedge. Gambar radiografi yang atas memiliki kontras yang lebih tinggi, sedangkan gambar yang bawah memiliki kontras yang lebih rendah. Saat keduanya disinari pada material dengan ketebalan yang sama, gambar dengan kontras yang tinggi memberikan perubahan densitas radiografi yang mencolok. Pada kedua gambar terdapat lingkaran kecil dengan densitas yang sama. Lingkaran ini lebih mudah diamati pada gambar radiografi dengan kontras yang tinggi.





Kontras Radiografi

Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010.Radiography Kontras radiografi merupakan derajat densitas perbedaan antara dua area pada gambar radiografi. Kontras memudahkan identifikasi ciri-ciri yang berbeda pada area inspeksi seperti goresan, patahan dan sebagainya. Gambar di bawah menunjukkan perbedaan dua film hasil radiografi dengan obyek yang sama yaitu stepwedge. Gambar radiografi yang atas memiliki kontras yang lebih tinggi, sedangkan gambar yang bawah memiliki kontras yang lebih rendah. Saat keduanya disinari pada material dengan ketebalan yang sama, gambar dengan kontras yang tinggi memberikan perubahan densitas radiografi yang mencolok. Pada kedua gambar terdapat lingkaran kecil dengan densitas yang sama. Lingkaran ini lebih mudah diamati pada gambar radiografi dengan kontras yang tinggi.



Read more

Densitas



Densitas Radiografi

Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010. Radiography Densitas film adalah ukuran tingkat kegelapan dari suatu film. Secara teknik, hal ini disebut transmitted density yang terjadi pada film berbahan dasar transparan yangdiukur sejak saat cahaya ditransmisikan melewati film. Densitas merupakanfungsi logaritma yang menjelaskan suatu perbandingan dari dua pengukuran,secara spesifik merupakan perbandingan antara intensitas cahaya yang masuk kefilm (I0) terhadap intensitas cahaya yang keluar melewati film (It).

Densitas film diukur dengan alat yang disebut densitometer. Secara sederhana, densitometer memiliki sensor fotoelektrik (photoelectric sensor) yang dapat menghitung banyaknya cahaya yang ditransmisikan melewati selembar film. Film diletakkan di antara sumber cahaya dengan sensor dan pembacaan densitas dilakukan oleh instrumen.


Densitas Radiografi

Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010. Radiography Densitas film adalah ukuran tingkat kegelapan dari suatu film. Secara teknik, hal ini disebut transmitted density yang terjadi pada film berbahan dasar transparan yangdiukur sejak saat cahaya ditransmisikan melewati film. Densitas merupakanfungsi logaritma yang menjelaskan suatu perbandingan dari dua pengukuran,secara spesifik merupakan perbandingan antara intensitas cahaya yang masuk kefilm (I0) terhadap intensitas cahaya yang keluar melewati film (It).

Densitas film diukur dengan alat yang disebut densitometer. Secara sederhana, densitometer memiliki sensor fotoelektrik (photoelectric sensor) yang dapat menghitung banyaknya cahaya yang ditransmisikan melewati selembar film. Film diletakkan di antara sumber cahaya dengan sensor dan pembacaan densitas dilakukan oleh instrumen.
Read more

kualitas gambar


KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan kepada kita semua buah kecerdasan yaitu otak, dengan kapasitor memori yang besar, sehingga kita sebagai khalifah di muka bumi ini merupakan makhluk yang paling mulia derajatnya dari sebaik-baik kejadian dari semua makhluk yang diciptakan Allah.
Shalawat dan salam senantiasa kita panjatkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang, sampai dengan saat ini. Alhamdulillahirobbil alamin, saya telah menyelesaikan satu buah tugas yang berjudul “KUALITAS GAMBAR RADIOGRAF, yang dalam hal ini sekaligus bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai fotoradiograf yang baik.
       











BAB I
PENDAHULUAN

 

LatarBelakang


Pada dasarnya, lima karakteristik image radiografi menentukan kualitasnya: spasial resolusi, kontras resolusi, noise, distorsi dan artefak (sprawls, 1955). Setiap karakteristik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan processing, geometri, gerakan, kontras subjek, teknik kontras film, reseptor image, ukukran titik fokal, kondisi yang dilihat, dan penampilan peneliti/observer. Dalam CT-Scan beberapa faktor yang mempenngaruhi kulaitas gambar telah diidentifikasi dan didiskusikan dalam beberapa kesempatan. Kalender dan polacin 1991 juga membedakan kualitas gambar CT-scanning dalam geometri spiral.
Berdasarkan data tersebut maka penulis membuat makalah untuk membahas parameter kualitas gambar.

 

Rumusan Masalah


1)      Apa itu parameter kualitas gambar
2)      Faktor-faktor yang menjadi parameter kualitas suatu gambar
3)      Bagaimana parameter kualitas gambar pada CT-Scan


1)   Pengertian parameter kualitas gambar
2)   Faktor-faktor yang menjadi parameter kualitas gambaR
3)   Parameter kualitas gambar pada CT-SCAN


BAB II
PEMBAHASAN


Parameter kualitas gambar

a.    Signal adalah informasi yang diperlukan dari sistem pencitraan, misalnya radiograf
b.   Signal dapat didefinisikan sebagai siza minimum objek yang harus terlihat
c.    Noise adalah sesuatu yang dapat mengurangi signal pada gambaran
d.   Noise, dalam film / screen sistem konvensional, dapat didefinisikan sebagai graininessgambar.
Eksposi dan proses pada film akan menghasilkan derajat dan pola penghitaman film yang tergantung dari berbagai factor. Beberapa kualitas gambar yang dapat dilihat pada hasil gambaran radiografi adalah
a.  Densitas Radiografi
Menurut Stuart dan Michael, densitas radiografi adalah keseluruhan derajat penghitaman pada film radiografi yang telah dieksposi dan mengalami proses pencucian.
b. Kontras Radiografi
Menurut Stuart dan Michael, kontras radiografi biasanya melukiskan jarak atau perbandingan hitam dan putih pada gambaran radiografi.
c.  Detail Radiografi
Detail radiografi adalah hasil gambaran radiografi yang mampu memperlihatkan struktur yang kecil dari organ yang difoto.
d. Ketajaman
Ketajaman adalah hasil gambaran radiografi yang mampu memperlihatkan batas yang tegas bagian-bagian objek yang difoto sehingga struktur organ terlihat dengan baik.




Adapun pembahasan tentang:

a.  Densitas Radiografi
Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010. Radiography Densitas film adalah ukuran tingkat kegelapan dari suatu film. Secara teknik, hal ini disebut transmitted density yang terjadi pada film berbahan dasar transparan yangdiukur sejak saat cahaya ditransmisikan melewati film. Densitas merupakanfungsi logaritma yang menjelaskan suatu perbandingan dari dua pengukuran,secara spesifik merupakan perbandingan antara intensitas cahaya yang masuk kefilm (I0) terhadap intensitas cahaya yang keluar melewati film (It).
D=logI0It
Densitas film diukur dengan alat yang disebut densitometer. Secara sederhana, densitometer memiliki sensor fotoelektrik (photoelectric sensor) yang dapat menghitung banyaknya cahaya yang ditransmisikan melewati selembar film. Film diletakkan di antara sumber cahaya dengan sensor dan pembacaan densitas dilakukan oleh instrumen.

b. Kontras Radiografi
Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010.Radiography Kontras radiografi merupakan derajat densitas perbedaan antara dua area pada gambar radiografi. Kontras memudahkan identifikasi ciri-ciri yang berbeda pada area inspeksi seperti goresan, patahan dan sebagainya. Gambar di bawah menunjukkan perbedaan dua film hasil radiografi dengan obyek yang sama yaitu stepwedge. Gambar radiografi yang atas memiliki kontras yang lebih tinggi, sedangkan gambar yang bawah memiliki kontras yang lebih rendah. Saat keduanya disinari pada material dengan ketebalan yang sama, gambar dengan kontras yang tinggi memberikan perubahan densitas radiografi yang mencolok. Pada kedua gambar terdapat lingkaran kecil dengan densitas yang sama. Lingkaran ini lebih mudah diamati pada gambar radiografi dengan kontras yang tinggi.


Ada dua hal yang mempengaruhi kontras radiografi , yaitu subyek kontras dan detektor kontras atau film radiografi itu sendiri.
1)    Subjek kontras
Subyek kontras merupakan perbandingan intensitas radiasi yang ditransmisikan melewati area berbeda dari maerial yang diinspeksi. Hal ini tergantung pada kemampuan serapan material yang berbeda-beda, panjang gelombang radiasi dan intensitas radiasi serta hamburan balik radiasi (back scattering).
Perbedaan material dalam menyerap radiasi, berakibat pada tingkat kontras film radiografi. Perbedaan ketebalan atau massa jenis material yang lebih besar, akan memberikan perbedaan densitas radiografi atau kontras yang semakin besar. Akan tetapi, dari satu obyek material bisa dihasilkan dua gambar radiografi dengan kontras yang berbeda. Sinar-X yang ditembakkan dengan kV yang lebih kecil akan menghasilkan gambar radiografi dengan kontras yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena energi radiasi yang rendah lebih mudah diserap oleh bahan, sehingga perbandingan foton yang ditransmisikan melewati material yang tebaldan tipis akan lebih besar dengan energi radiasi rendah.



Secara umum jika senstivitas tinggi, maka latitude akan rendah. Radiographic latitude merupakan jangkauan ketebalan material yang bias tergambar pada film. Hal ini berarti banyaknya area dari ketebalan yang berbeda akan tampak pada gambar. Gambar radiografi yang baik memiliki kontras dan latitude yang seimbang, artinya cukup kontras untuk mengidentifikasi ciri-ciri area inspeksi, tapi juga menyakinkannya dengan latitude yang baik, sehingga seluruh area dapat diinspeksi dalam satu gambar radiografi.

2)      Film kontras
Kontras film merupakan perbedaan densitas yang dihasilkan oleh setiap tipe film radiografi yang telah melalu proses radiografi (Chris Gunn, 2002:175). Penyinaran radiasi pada film untuk mendapatkan film dengan densitas yang lebih tinggi secara umum akan meningkatkan kontras pada gambar radiografi. Kurva karakteristik film secara umum ditunjukkan padagambar di bawah. Kurva ini memberi gambaran tentang respon film terhadap jumlah penyinaran radiasi. Dari bentuk kurva dapat dilihat bahwa saat film tidak mengalami interaksi dengan foton, kurva memiliki tingkat kemiringan yangrendah. Pada daerah kurva ini, perubahan penyinaran radiasi yang besar hanya akan memberi sedikit perubahan densitas film, sehingga sensitivitas film relatif rendah.
Menurut Plaast 1969, kurva karakteristik merupakan sebuah kurva yang memberikan hubungan antara nilai densitas dengan factor eksposi yang dihasilkan oleh serangkaian eksposi (Dalam Win Priantoro, 2009:7) , adapun fungsi dari kurva karakteristik yaitu:
a)      Untuk mengetahui besar kecilnya fog level
b)      Untuk menilai kontras
c)     Untuk menilai besar kecilnya nilai latitude
d)     Untuk menilai densitas maksimum
e)      Untuk menilai daerah solarisasi
f)      Untuk membandingkan kecepatan film
Kurva ini pertama kali ditemukan oleh Hurteen dan Drifield pada tahun 1890, maka dari itulah kurva ini biasanya disebut juga dengan kurva H dan D.


Dapat disimpulkan bahwa kontras radiografi memiliki unsur yang berbeda :
1)      Kontras Objektif, Perbedaan persepsi/penilaian mata, masing-masing orang dalam membedakan kontras radiografi.
Adapun penyebabnya :
a.       Faktor radiasi
·         Kualitas sinar primer
·         Sinar hambur / scatter
b.      Faktor film
c.       Faktor processing
·         Jenis & susunan bahan pembangkit
·         Waktu & suhu pembangkitkan
·         Lemahnya cairan pembangkit
·         Agitasi film
·         Reducer
2)      Kontras Subjektif, yaitu Perbedaan gambaran hitam dan putih yang diukur dengan alat densitometer.


a.       Ketajaman
Citra-radiografi merupakan bentuk bayangan; citra yang diperoleh sebagai akibat dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada tembok bila melewatkan sinar matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk  citra radiografi haruslah dengan bentuk yang jelas dan tajam, dimana tingkat pengaburannya berkurang. Pada praktek bentuk bayangan sering diikuti oleh pengaburan, dimana tingkat pengaburan itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
1)     Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan citra (misal : ukuran,jarak)
2)      Faktor Goyang; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat
3)      Faktor Fotografi atau intrinsik; yang berhubungan dengan bahan perekam citra.
4)     Layar Pendar terdiri dari kristal fosfor yang bila terkena sinar-x akan memendarkan cahaya, ini menimbulkan ketidaktajaman bentuk.
5)      Efek Parallax pengamatan dari jarak tertentu dengan sudut yang berbeda.
6)     Emulsi film ”iradiation”, yakni menyebar/melebarnya cahaya yang tiba pada film, menyebabkan ketidaktajaman bentuk citra.
Ketajaman Radiografi dimaksudkan untuk membedakan detail dari struktur yang dapat terlihat  pada citra radiografi. Karena itu, semu faktor mengatur kontras (perbedaan densitas) juga mempengaruhi ketajaman. Faktor ini bersifat obyektif  karena dapat diukur. Ketajaman dapatr juga dipengaruhi oleh faktor yang tidak obyektif yang disebut faktor subyektif, sangat bervariasi  tidak dapat diukur, termasuk hal yang berada di luar. Citra seperti kondisi dari “viewer” boleh dikatakan bahwa ketajaman yang dimaksud adalah kualitas visual yang lebih bersifat subyektif.

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi ketajaman, yaitu:
1)      Faktor Citra Radiografi, meliputi:
a)      Ketajaman dan kontras objektif
b)      Tingkat eksposi
Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitas masih dapat diamati, walau tingkat densitasnya sedikit (ketajaman baik walau dengan kontras yang sangat rendah). Jika citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi, struktur masih dapat terlihat jelas walau dengan batas yang tidak begitu tegas (ketajaman masih dapat dilihat, walaupun detail struktur tidak optimal).Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto abdomen untuk melihat struktur dari janin, terlihat adanya perbedaan densitas yang kecil, namun bentuk janin terlihat jelas. Juga pada x-foto abdomen anak kecil tertelan uang logam terlihat adanya perbedaan densitas yang tinggi, ketajaman uang logam masih terlihat walau bentuknya tidak tegas (uang logam bergerak). Dengan demikian, batas yang tegas dari citra radiografi tidak hanya tergantung oleh ketajaman/kontras tetapi dari keduanya. Tingkat eksposi signifikan merubah kontras yang terlihat pada citra radiografi. Bila terjadi overexposure maka densitas pada seluruh bidang film juga meningkat, tetapi “kontras obyektif” (overexposure tidak berlebihan) tidak berubah, karena perbedaan melewatkan cahaya dari seluruh bidang x-foto tetap ada dan dapat diukur. Karena densitas yang demikian besar, mata sudah tidak dapat lagi melihat, karena tidak ada lagi cahaya dari viewer yang dapat melaluinya. Oleh karena itu pemirsa mengatakan bahwa kontras visual berkurang karena overexposure, jadi kontras visual ini bersifat subyektif tidak dapat diukur. Pada underex posure dimana densitasnya sangat minim menyebabkan kontras obyektif dan subyektif menjadi kurang.
2)      Faktor Viewer/Illuiminator (alat baca x-foto)
Hubungannya terhadap detail (devinition) adalah dengan contras subyektif faktor viewer dapat dilihat dari segi:
a)   Penerangan
Penerangan lampu viewer dapat dengan berbagai warna, intensitas, dan homogenitas; diluminator yang moderen denfgan dilengkapi dengan beberapa lampu TL yang memancarkan cahaya biru cerah dan homogen, dapat meningkatkan nilai kontras “kontras-fisual”. X-foto yang overexposure dengan menaikan intensitas penerangan illuminator akan meningkatkan kontras subyektif, sedangkan  yang underexposure intensitas cahaya diturunkan hingga kontras visual dapat tercapai. Pada umumnya viewer dilengkapi dengan alat pengatur terangnya cahaya, sesuai dengan keadaan citra radiografi yang sedang ditayangkan. Ruang baca x-foto sebaiknya ruangan redup (watt rendah) sehingga cahaya yang keluar dari viewer dapat diamati dengan baik.
b)   Penglihatan Pemirsa
Kontras citra radiografi oleh mata kelihatnaya dipengaruhi oleh tingkat penerangan yang diadaptasi, dan oleh silaunya cahaya viewer. Mata yang beradaptasi dengan cahaya terang tidak dapat mengamati perbedaan densitas pada tingkat gelap, dan detail. Juga bila viewer dengan x-foto densitas sedikit, melewatkan cahaya yang menyilaukan, menyebabkan kegagalan untuk melihat detail struktur. Untuk mencegah cahaya yang menyilaukan, viewer dilengkapi dengan semacam diagfragma yang dapat membatasi luas penerangan. Spot light yang berada di luar viewer gunanya untuk mengamati bagian tertentu dari film yang densitasnya gelap.
c).   Distorsi
Merupakan perbandingan yang salah dari struktur yang direkam, bentuk serta hubungan dengan struktur lainnya kurang betul. Hasil yang benar diperoleh bila garis tengah struktur yang akan di x-foto berada sejajar dengan film yang tegak lurus dengan pusat sinar-x. Hal ini sering terlihat pada x-ray foto gigi, bila hal ini terjadi, maka x-ray foto gigi akan terlihat bertumpuk satu sama lain, dapat lebih panjang atau lebih pendek.
d).  Ukuran Citra Radiografi
Karena sinar-x yang memencar dari focus  sifatnya divergen mengaklibatkan ukuran citra radiografi boleh disebut menjadi lebih besar dari ukuran sebenarnya. Adapun pembesaran yang terjadi disebabkan oleh jarak focus ke film (FFD), jarak film ke objek (FOD), garis tengah struktur sejajar film dan tegak lurus dengan pusat sinar x.
Menghitung besarnya pembesaran :
ukuran sebenarnya = (ukuran citra x FOD) : FFD
e).   Detil dan Ukuran Objek
         Obyek di dalam tubuh terdiri dari berbagai macam ukuran. Semakin kecil ukuran obyek maka semakin detil gambar anatomi yang harus didapatkan.Sebagai contoh, bila ukuran obyek besar maka detil yang dihasilkan dapat diamati (tidak mengalami kekaburan), begitu pula bila ukuran obyek diperkecil, maka detil yang dihasilkan juga dapat diamati (tidak mengalami kekaburan). Jadi ketika tidak terjadi kekaburan maka baik obyek yang besar maupun yang kecil dapat kita amati. Sekarang bagaimana kalau obyek tersebut kita kaburkan?
Kekaburan mempunyai batas untuk mampu dilihat pada bayangan yang kecil. Sehingga kekaburan itu mengakibatkan keterbatasan penglihatan detil gambar.Ada tiga pengaruh dari kekaburan, yaitu:
1)      Kekaburan mengakibatkan penurunan kemampuan untuk memperlihatkan detil anatomi obyek. Padahal hal tersebut sangat penting dalam penggambaran citra medik.
2)      Kekaburan menurunkan nilai ketajaman (sharpness) struktur dan obyek citra medik. Sehingga ketidaktajaman (unsharpness) sering digunakan sebagai pengganti istilah kekaburan (blurring).
3)      Kekaburan menurunkan karakteristik citra medik yang disebut resolusi bagian (spatial resolution). Resolusi adalah pengaruh dari kekaburan yang dapat diukur dengan mudah dan digunakan untuk mengevaluasi dan menentukan karakteristik kekaburan dari system dan komponen citra medik. Resolusi digambarkan sebagai banyaknya jumlah pasang garis (LP) yang tampak dalam setiap satuan mm. Menaikkan nilai LP/mm biasanya berhubungan dengan menaikkan detil citra medik. Oleh sebab itu resolusi bagian yang tinggi (baik) menandakan kenampakan (visibility) detil anatomi yang akurat.

Faktor-faktor yang menjadi parameter kualitasgambarialah :

Densitas dipengaruhi oleh :
a.       Kilovolt (kV)
Menunjukkan kualitas sinar-x karena berhubungan dengan kemampuan sinar-x dalam menembus bahan. Pada saat kilovolt ditingkatkan maka akan menghasilkan sinar-x yang memiliki tenaga penetrasi yang lebih besar. Jika tenaga penetrasi sinar meningkat maka kontras pada gambar radiograf yang dihasilkan akan menurun. Maka dariitu perlu dikondisikan ukuran yang maksimum.
b.      Mili Amphere (mA)
Menunjukan besarnya arus yang terjadi selama eksposi berlangsung.Pada saat miliampere meningkat kuantitas sinar akan meningkat dan dengan begitu akan menghasilkan ketajaman gambar pada radiograf.
c.       Second (s)
Waktu eksposi/lamanya sinar-x yang keluar saat pemotretan dalam satuan detik.
d.      mAs
kualitas sinar yang dihasilkan.

e.       FFD (Focus Film Distance)
Jarak pemotretan dari fokus pesawat ke film.Pada saat jarak pemaparan dibuat dekat maka intensitasnya akan meningkat tetapi akan ada kecenderungan terjadi pembesaran gambar. Oleh karena itu perlu ditempatkan pada jarak yang optimal. Biasanya jaraknya dibuat konstan sejauh 36 inci.
f.       Ketebalan objek
Semakin tebal objek yang akan difoto, faktor eksposi semakin meningkat
g.      Luas lapangan penyinaran
Intensitas sinar-x yang keluar dari tube sinar-x

Faktor yang mempengaruhi kontras :
-  Tegangan tabung
-  Perbedaaan koefisien atenuasi linear gambar, dipengaruhi oleh kecepatan jenis dan nomor atom objek.
-  Radiasi hambur akan menurunkan nilai kontras
-  Penggunaan grid akan meningkatkan kontras radiografi dan menyerap radiasi hambur
-Processing film : agitasi yang terlalu lama menyebabkan gambaran hitam meningkat (kontras menurun), cairan processig yang lemah menyebabkan kontras menurun.



Faktor pemaparan


a)      Waktu Pemaparan (detik)
Pemaparan yang berlebih ataupun pemaparan yang kuran akan mempengaruhi hasil radiograf. Hal yang baik dilakukan adalah mengurangi waktu pemaparan ke waktu minimum untuk menghindari adanya pergerakan oleh pasien pada saat dilakukan pemaparan.
b)      Jarak bagian film
Jarak antara bagian yang akan terpapar dan film harus seminimal mungkin dengan tujuan untuk mendapatkan ketajaman yang bagus dan untuk menghindari pembesaran gambar. Jarak yang dibuat adalah nol dengan menetapkannya tetap kontak dengan kaset.
c)      Ketebalan jaringan
Jika ketebalan jaringan meningkat maka KVP harus ditingkatkan untuk mendapatkan tenaga penetrasi sinar yang lebih besar.
d)     Tipe film yang digunakan
Film yang berbeda dengan atau tanpa intensfying screen dipilih tergantung pada keperluan.

Parameter kualitas gambar pada CT-Scan


Gambar pada Ct-Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas sinar-x yang mengalami perlemahan setelah menembus objek, ditangkap detektor dan dilakukan pengolahan dalam komputer. Penampilan gambar yang baik tergantung kualitas gambar yang dihasilkan sehingga aspek klinis dari gambar tersebut dapat dimanfaatkan untuk menegakkan diagnosa.
Pada CT-scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal (Bushberg,2003).
Adapun parameter tersebut adalah :

A.    Slice thickness
Slice thickness adalah tebalya irisan atau potongan dari objek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm – 10 mm sesuai keperluan klinis. Slice thickness yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya dengan slice thickness yang tipis akan menghasilkan gambar dengan detail yang tinggi. Slice thickness yang tebal akan menimbulkan gambar yang mengganggu seperti garis-garis dan apabila slice thickness selalu tipis akan menghasilkan noise yang tinggi.
B.     Scan range
Scan range adalah pepaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness yang bermanfaat untuk mendapatkan ketebalan potongan yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.

C.    Faktor eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi, meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu (s). Besarnya tegangann tabung dapat dipilih secara otomatis pada setiap pemeriksaan (Jaengsri,2004)
Tegangan tabung (kV) adalah beda potensial antara tabung katoda dan anoda. Semakin tinggi awan elektron yang dihasilkan maka akan semakin kuat menembus anoda sehinnga daya tembus yang dihasilkan akan semakin besar.
Arus tabung (mA) adalah kuat lemahnya arus yang dihasilkan sinar-x, apabila arus tabung besar maka elektron yang dihasilkan akan semakin besar.
Waktu (s) adalah lamanya waktu eksposi, sangat berpengaruh terhadap jumlah elektron. mAs berpengaruh terhadap jumlah elektron dan kualitas sinar-x.
D.    Field Of  View (FOV)
Field of view adalah diameter maksimal dari gambar yang akan direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12cm – 50cm.
Field of view (FOV) kecil akan meningkatkan detail gambar (resolusi) karena field of view (FOV) yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti.
·         Field of view (FOV) kecil, antara 100mm – 200mm akan meningkatkan resolusi sehingga detail ambar dan batas objek akan tampak jelas. Field of view (FOV) kecil akan menyebabkan noise meningkat (Nesseth,2000).
·         Field of view (FOV) sedang, yaitu 200mm diharapkan gambar yang menghasilkan memiliki spesial resolusi yang baik, noise serta artefak sedikit (Genant,1982)
·         Field of view (FOV) besar, antara 350mm – 400mm akan menghasilkan spesial resolusi yang rendah karena pixel menjadi besar akibat dilakukannya magnifikasi. Field of view (FOV) besar akan menyebabkan noise berkurang dan kontras resolusi meningkat serta dapat dihindari munculnya streak artifact (Genant,1982).
E.     Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry (tabung sinar-x dengan detektor). Rentan gantry tilt antara -300 sampai +300. Gantry tilt bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi, dan menentukan sudut irisan dari objek yang akan diperiksa. Satuan ukur penyudutan gantry adalah derajat ( ͦ ).

F.     Pitch
Pitch adalah jangka waktu yang berhubungan dengan suatu kecepatan dan jarak. Pada CT-Scan helical, pitch didefinisikan sebagai jarak (mm) pergerakan meja CT-Scan selama satu putaran tabung sinar-x. Pitch digunakan untuk mengitung pitch ratio yang mana merupakan suatu ratio pada pitch untuk slice thickness/beam collimation, pitch ratio (pitch) yaitu 1:1 atau sederhananya 1. Suatu ppitch dengan nilali 1 menghasilkan kualitas yang terbaik dalam CT-Scan helical. Pitch ditingkatkan untuk meningkatkan volume coverage dan kecepatan proses scanning. Nilai pitch berada dalam range 0 sampai dengan 10, sedangkan pitch faktor antara 1 dan 2.
G.    Rekonstruksi matriKS
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element (pixel) dalalm proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam memori komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Pada umunya matriks yang digunakan beukuran 512 x 512 yaitu 512 baris dan 12 kolom. Pada pemeriksaan CT-Scan ukuran matriks disesuaikan dengan alat yang tersedia. Rekonstruksi matriks berpengariuh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi detail gambar yang dihasilkan (Bushberg,2003).
H.    Rekonstruksi algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakterisktik dari gambar CT-Scan tregantung dari kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi rekonstruksi algorithma yang dpilih maka semakin tinggi resolusi yang dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperyi tulang, soft tissue dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.
I.       Window width
Window width adalah nilai computed tomography yang dikonfersi menjadi gray scale untuk ditampilakn ke TV monitor. Setelah menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai computed tomography. Nilai ini mempunyai nilai HU (Hounsfield Unit).
Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU, jaringan lunak 140 HU sampai dengan 400 HU, untuk tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU. Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang dimiliki -1000 HU. Jaringan atau subtansi lain dengan nilai yang berbeda tergantung dari nilai perlemahannya. Jadi penampakan tulang pada monitor menjadi putih dan udara menjadi hitam. Jaringan dan subtansi lain akan dikonversi menjadi warna abu-abu bertingkat yang disebut gray scale. Khusus untuk darah yang semula dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi putih apabila diberi media kontras (Rasad,1992).
J.      Window level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik perlemahan dari struktur objek yang diperiksa. Window level menetukan densitas (derajat kehitaman) gambar yang dihasilkan. Untk jaringan lunak 30 HU – 40 HU, sedangkan untuk tulang 200 HU – 400 HU .
Nilai CT pada jaringan yang berbeda dan penampakannya dalam layar monitor (Bontrager, 2001)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III
PENUTUP


Kesimpulan


Parameter adalah  suatu acuan atau tolak ukur yang dapat digunakan untuk menetapkan keadaan atau kondisi, maupun kadar atau ukuran kualitas suatu gambar radiograf. Faktor-faktor yang menjadi parameter kualitas suatu gambar ialah densitas, kontras, ketajaman gambar, focal spot.

Saran


Sebagai acuan pembelajaran radiofotografi mengenai parameter kualitas gambar. Serta mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang menjadi parameter kualitas gambar.

 











 








KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan kepada kita semua buah kecerdasan yaitu otak, dengan kapasitor memori yang besar, sehingga kita sebagai khalifah di muka bumi ini merupakan makhluk yang paling mulia derajatnya dari sebaik-baik kejadian dari semua makhluk yang diciptakan Allah.
Shalawat dan salam senantiasa kita panjatkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang, sampai dengan saat ini. Alhamdulillahirobbil alamin, saya telah menyelesaikan satu buah tugas yang berjudul “KUALITAS GAMBAR RADIOGRAF, yang dalam hal ini sekaligus bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai fotoradiograf yang baik.
       











BAB I
PENDAHULUAN

 

LatarBelakang


Pada dasarnya, lima karakteristik image radiografi menentukan kualitasnya: spasial resolusi, kontras resolusi, noise, distorsi dan artefak (sprawls, 1955). Setiap karakteristik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan processing, geometri, gerakan, kontras subjek, teknik kontras film, reseptor image, ukukran titik fokal, kondisi yang dilihat, dan penampilan peneliti/observer. Dalam CT-Scan beberapa faktor yang mempenngaruhi kulaitas gambar telah diidentifikasi dan didiskusikan dalam beberapa kesempatan. Kalender dan polacin 1991 juga membedakan kualitas gambar CT-scanning dalam geometri spiral.
Berdasarkan data tersebut maka penulis membuat makalah untuk membahas parameter kualitas gambar.

 

Rumusan Masalah


1)      Apa itu parameter kualitas gambar
2)      Faktor-faktor yang menjadi parameter kualitas suatu gambar
3)      Bagaimana parameter kualitas gambar pada CT-Scan


1)   Pengertian parameter kualitas gambar
2)   Faktor-faktor yang menjadi parameter kualitas gambaR
3)   Parameter kualitas gambar pada CT-SCAN


BAB II
PEMBAHASAN


Parameter kualitas gambar

a.    Signal adalah informasi yang diperlukan dari sistem pencitraan, misalnya radiograf
b.   Signal dapat didefinisikan sebagai siza minimum objek yang harus terlihat
c.    Noise adalah sesuatu yang dapat mengurangi signal pada gambaran
d.   Noise, dalam film / screen sistem konvensional, dapat didefinisikan sebagai graininessgambar.
Eksposi dan proses pada film akan menghasilkan derajat dan pola penghitaman film yang tergantung dari berbagai factor. Beberapa kualitas gambar yang dapat dilihat pada hasil gambaran radiografi adalah
a.  Densitas Radiografi
Menurut Stuart dan Michael, densitas radiografi adalah keseluruhan derajat penghitaman pada film radiografi yang telah dieksposi dan mengalami proses pencucian.
b. Kontras Radiografi
Menurut Stuart dan Michael, kontras radiografi biasanya melukiskan jarak atau perbandingan hitam dan putih pada gambaran radiografi.
c.  Detail Radiografi
Detail radiografi adalah hasil gambaran radiografi yang mampu memperlihatkan struktur yang kecil dari organ yang difoto.
d. Ketajaman
Ketajaman adalah hasil gambaran radiografi yang mampu memperlihatkan batas yang tegas bagian-bagian objek yang difoto sehingga struktur organ terlihat dengan baik.




Adapun pembahasan tentang:

a.  Densitas Radiografi
Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010. Radiography Densitas film adalah ukuran tingkat kegelapan dari suatu film. Secara teknik, hal ini disebut transmitted density yang terjadi pada film berbahan dasar transparan yangdiukur sejak saat cahaya ditransmisikan melewati film. Densitas merupakanfungsi logaritma yang menjelaskan suatu perbandingan dari dua pengukuran,secara spesifik merupakan perbandingan antara intensitas cahaya yang masuk kefilm (I0) terhadap intensitas cahaya yang keluar melewati film (It).
D=logI0It
Densitas film diukur dengan alat yang disebut densitometer. Secara sederhana, densitometer memiliki sensor fotoelektrik (photoelectric sensor) yang dapat menghitung banyaknya cahaya yang ditransmisikan melewati selembar film. Film diletakkan di antara sumber cahaya dengan sensor dan pembacaan densitas dilakukan oleh instrumen.

b. Kontras Radiografi
Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010.Radiography Kontras radiografi merupakan derajat densitas perbedaan antara dua area pada gambar radiografi. Kontras memudahkan identifikasi ciri-ciri yang berbeda pada area inspeksi seperti goresan, patahan dan sebagainya. Gambar di bawah menunjukkan perbedaan dua film hasil radiografi dengan obyek yang sama yaitu stepwedge. Gambar radiografi yang atas memiliki kontras yang lebih tinggi, sedangkan gambar yang bawah memiliki kontras yang lebih rendah. Saat keduanya disinari pada material dengan ketebalan yang sama, gambar dengan kontras yang tinggi memberikan perubahan densitas radiografi yang mencolok. Pada kedua gambar terdapat lingkaran kecil dengan densitas yang sama. Lingkaran ini lebih mudah diamati pada gambar radiografi dengan kontras yang tinggi.


Ada dua hal yang mempengaruhi kontras radiografi , yaitu subyek kontras dan detektor kontras atau film radiografi itu sendiri.
1)    Subjek kontras
Subyek kontras merupakan perbandingan intensitas radiasi yang ditransmisikan melewati area berbeda dari maerial yang diinspeksi. Hal ini tergantung pada kemampuan serapan material yang berbeda-beda, panjang gelombang radiasi dan intensitas radiasi serta hamburan balik radiasi (back scattering).
Perbedaan material dalam menyerap radiasi, berakibat pada tingkat kontras film radiografi. Perbedaan ketebalan atau massa jenis material yang lebih besar, akan memberikan perbedaan densitas radiografi atau kontras yang semakin besar. Akan tetapi, dari satu obyek material bisa dihasilkan dua gambar radiografi dengan kontras yang berbeda. Sinar-X yang ditembakkan dengan kV yang lebih kecil akan menghasilkan gambar radiografi dengan kontras yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena energi radiasi yang rendah lebih mudah diserap oleh bahan, sehingga perbandingan foton yang ditransmisikan melewati material yang tebaldan tipis akan lebih besar dengan energi radiasi rendah.



Secara umum jika senstivitas tinggi, maka latitude akan rendah. Radiographic latitude merupakan jangkauan ketebalan material yang bias tergambar pada film. Hal ini berarti banyaknya area dari ketebalan yang berbeda akan tampak pada gambar. Gambar radiografi yang baik memiliki kontras dan latitude yang seimbang, artinya cukup kontras untuk mengidentifikasi ciri-ciri area inspeksi, tapi juga menyakinkannya dengan latitude yang baik, sehingga seluruh area dapat diinspeksi dalam satu gambar radiografi.

2)      Film kontras
Kontras film merupakan perbedaan densitas yang dihasilkan oleh setiap tipe film radiografi yang telah melalu proses radiografi (Chris Gunn, 2002:175). Penyinaran radiasi pada film untuk mendapatkan film dengan densitas yang lebih tinggi secara umum akan meningkatkan kontras pada gambar radiografi. Kurva karakteristik film secara umum ditunjukkan padagambar di bawah. Kurva ini memberi gambaran tentang respon film terhadap jumlah penyinaran radiasi. Dari bentuk kurva dapat dilihat bahwa saat film tidak mengalami interaksi dengan foton, kurva memiliki tingkat kemiringan yangrendah. Pada daerah kurva ini, perubahan penyinaran radiasi yang besar hanya akan memberi sedikit perubahan densitas film, sehingga sensitivitas film relatif rendah.
Menurut Plaast 1969, kurva karakteristik merupakan sebuah kurva yang memberikan hubungan antara nilai densitas dengan factor eksposi yang dihasilkan oleh serangkaian eksposi (Dalam Win Priantoro, 2009:7) , adapun fungsi dari kurva karakteristik yaitu:
a)      Untuk mengetahui besar kecilnya fog level
b)      Untuk menilai kontras
c)     Untuk menilai besar kecilnya nilai latitude
d)     Untuk menilai densitas maksimum
e)      Untuk menilai daerah solarisasi
f)      Untuk membandingkan kecepatan film
Kurva ini pertama kali ditemukan oleh Hurteen dan Drifield pada tahun 1890, maka dari itulah kurva ini biasanya disebut juga dengan kurva H dan D.


Dapat disimpulkan bahwa kontras radiografi memiliki unsur yang berbeda :
1)      Kontras Objektif, Perbedaan persepsi/penilaian mata, masing-masing orang dalam membedakan kontras radiografi.
Adapun penyebabnya :
a.       Faktor radiasi
·         Kualitas sinar primer
·         Sinar hambur / scatter
b.      Faktor film
c.       Faktor processing
·         Jenis & susunan bahan pembangkit
·         Waktu & suhu pembangkitkan
·         Lemahnya cairan pembangkit
·         Agitasi film
·         Reducer
2)      Kontras Subjektif, yaitu Perbedaan gambaran hitam dan putih yang diukur dengan alat densitometer.


a.       Ketajaman
Citra-radiografi merupakan bentuk bayangan; citra yang diperoleh sebagai akibat dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada tembok bila melewatkan sinar matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk  citra radiografi haruslah dengan bentuk yang jelas dan tajam, dimana tingkat pengaburannya berkurang. Pada praktek bentuk bayangan sering diikuti oleh pengaburan, dimana tingkat pengaburan itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
1)     Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan citra (misal : ukuran,jarak)
2)      Faktor Goyang; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat
3)      Faktor Fotografi atau intrinsik; yang berhubungan dengan bahan perekam citra.
4)     Layar Pendar terdiri dari kristal fosfor yang bila terkena sinar-x akan memendarkan cahaya, ini menimbulkan ketidaktajaman bentuk.
5)      Efek Parallax pengamatan dari jarak tertentu dengan sudut yang berbeda.
6)     Emulsi film ”iradiation”, yakni menyebar/melebarnya cahaya yang tiba pada film, menyebabkan ketidaktajaman bentuk citra.
Ketajaman Radiografi dimaksudkan untuk membedakan detail dari struktur yang dapat terlihat  pada citra radiografi. Karena itu, semu faktor mengatur kontras (perbedaan densitas) juga mempengaruhi ketajaman. Faktor ini bersifat obyektif  karena dapat diukur. Ketajaman dapatr juga dipengaruhi oleh faktor yang tidak obyektif yang disebut faktor subyektif, sangat bervariasi  tidak dapat diukur, termasuk hal yang berada di luar. Citra seperti kondisi dari “viewer” boleh dikatakan bahwa ketajaman yang dimaksud adalah kualitas visual yang lebih bersifat subyektif.

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi ketajaman, yaitu:
1)      Faktor Citra Radiografi, meliputi:
a)      Ketajaman dan kontras objektif
b)      Tingkat eksposi
Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitas masih dapat diamati, walau tingkat densitasnya sedikit (ketajaman baik walau dengan kontras yang sangat rendah). Jika citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi, struktur masih dapat terlihat jelas walau dengan batas yang tidak begitu tegas (ketajaman masih dapat dilihat, walaupun detail struktur tidak optimal).Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto abdomen untuk melihat struktur dari janin, terlihat adanya perbedaan densitas yang kecil, namun bentuk janin terlihat jelas. Juga pada x-foto abdomen anak kecil tertelan uang logam terlihat adanya perbedaan densitas yang tinggi, ketajaman uang logam masih terlihat walau bentuknya tidak tegas (uang logam bergerak). Dengan demikian, batas yang tegas dari citra radiografi tidak hanya tergantung oleh ketajaman/kontras tetapi dari keduanya. Tingkat eksposi signifikan merubah kontras yang terlihat pada citra radiografi. Bila terjadi overexposure maka densitas pada seluruh bidang film juga meningkat, tetapi “kontras obyektif” (overexposure tidak berlebihan) tidak berubah, karena perbedaan melewatkan cahaya dari seluruh bidang x-foto tetap ada dan dapat diukur. Karena densitas yang demikian besar, mata sudah tidak dapat lagi melihat, karena tidak ada lagi cahaya dari viewer yang dapat melaluinya. Oleh karena itu pemirsa mengatakan bahwa kontras visual berkurang karena overexposure, jadi kontras visual ini bersifat subyektif tidak dapat diukur. Pada underex posure dimana densitasnya sangat minim menyebabkan kontras obyektif dan subyektif menjadi kurang.
2)      Faktor Viewer/Illuiminator (alat baca x-foto)
Hubungannya terhadap detail (devinition) adalah dengan contras subyektif faktor viewer dapat dilihat dari segi:
a)   Penerangan
Penerangan lampu viewer dapat dengan berbagai warna, intensitas, dan homogenitas; diluminator yang moderen denfgan dilengkapi dengan beberapa lampu TL yang memancarkan cahaya biru cerah dan homogen, dapat meningkatkan nilai kontras “kontras-fisual”. X-foto yang overexposure dengan menaikan intensitas penerangan illuminator akan meningkatkan kontras subyektif, sedangkan  yang underexposure intensitas cahaya diturunkan hingga kontras visual dapat tercapai. Pada umumnya viewer dilengkapi dengan alat pengatur terangnya cahaya, sesuai dengan keadaan citra radiografi yang sedang ditayangkan. Ruang baca x-foto sebaiknya ruangan redup (watt rendah) sehingga cahaya yang keluar dari viewer dapat diamati dengan baik.
b)   Penglihatan Pemirsa
Kontras citra radiografi oleh mata kelihatnaya dipengaruhi oleh tingkat penerangan yang diadaptasi, dan oleh silaunya cahaya viewer. Mata yang beradaptasi dengan cahaya terang tidak dapat mengamati perbedaan densitas pada tingkat gelap, dan detail. Juga bila viewer dengan x-foto densitas sedikit, melewatkan cahaya yang menyilaukan, menyebabkan kegagalan untuk melihat detail struktur. Untuk mencegah cahaya yang menyilaukan, viewer dilengkapi dengan semacam diagfragma yang dapat membatasi luas penerangan. Spot light yang berada di luar viewer gunanya untuk mengamati bagian tertentu dari film yang densitasnya gelap.
c).   Distorsi
Merupakan perbandingan yang salah dari struktur yang direkam, bentuk serta hubungan dengan struktur lainnya kurang betul. Hasil yang benar diperoleh bila garis tengah struktur yang akan di x-foto berada sejajar dengan film yang tegak lurus dengan pusat sinar-x. Hal ini sering terlihat pada x-ray foto gigi, bila hal ini terjadi, maka x-ray foto gigi akan terlihat bertumpuk satu sama lain, dapat lebih panjang atau lebih pendek.
d).  Ukuran Citra Radiografi
Karena sinar-x yang memencar dari focus  sifatnya divergen mengaklibatkan ukuran citra radiografi boleh disebut menjadi lebih besar dari ukuran sebenarnya. Adapun pembesaran yang terjadi disebabkan oleh jarak focus ke film (FFD), jarak film ke objek (FOD), garis tengah struktur sejajar film dan tegak lurus dengan pusat sinar x.
Menghitung besarnya pembesaran :
ukuran sebenarnya = (ukuran citra x FOD) : FFD
e).   Detil dan Ukuran Objek
         Obyek di dalam tubuh terdiri dari berbagai macam ukuran. Semakin kecil ukuran obyek maka semakin detil gambar anatomi yang harus didapatkan.Sebagai contoh, bila ukuran obyek besar maka detil yang dihasilkan dapat diamati (tidak mengalami kekaburan), begitu pula bila ukuran obyek diperkecil, maka detil yang dihasilkan juga dapat diamati (tidak mengalami kekaburan). Jadi ketika tidak terjadi kekaburan maka baik obyek yang besar maupun yang kecil dapat kita amati. Sekarang bagaimana kalau obyek tersebut kita kaburkan?
Kekaburan mempunyai batas untuk mampu dilihat pada bayangan yang kecil. Sehingga kekaburan itu mengakibatkan keterbatasan penglihatan detil gambar.Ada tiga pengaruh dari kekaburan, yaitu:
1)      Kekaburan mengakibatkan penurunan kemampuan untuk memperlihatkan detil anatomi obyek. Padahal hal tersebut sangat penting dalam penggambaran citra medik.
2)      Kekaburan menurunkan nilai ketajaman (sharpness) struktur dan obyek citra medik. Sehingga ketidaktajaman (unsharpness) sering digunakan sebagai pengganti istilah kekaburan (blurring).
3)      Kekaburan menurunkan karakteristik citra medik yang disebut resolusi bagian (spatial resolution). Resolusi adalah pengaruh dari kekaburan yang dapat diukur dengan mudah dan digunakan untuk mengevaluasi dan menentukan karakteristik kekaburan dari system dan komponen citra medik. Resolusi digambarkan sebagai banyaknya jumlah pasang garis (LP) yang tampak dalam setiap satuan mm. Menaikkan nilai LP/mm biasanya berhubungan dengan menaikkan detil citra medik. Oleh sebab itu resolusi bagian yang tinggi (baik) menandakan kenampakan (visibility) detil anatomi yang akurat.

Faktor-faktor yang menjadi parameter kualitasgambarialah :

Densitas dipengaruhi oleh :
a.       Kilovolt (kV)
Menunjukkan kualitas sinar-x karena berhubungan dengan kemampuan sinar-x dalam menembus bahan. Pada saat kilovolt ditingkatkan maka akan menghasilkan sinar-x yang memiliki tenaga penetrasi yang lebih besar. Jika tenaga penetrasi sinar meningkat maka kontras pada gambar radiograf yang dihasilkan akan menurun. Maka dariitu perlu dikondisikan ukuran yang maksimum.
b.      Mili Amphere (mA)
Menunjukan besarnya arus yang terjadi selama eksposi berlangsung.Pada saat miliampere meningkat kuantitas sinar akan meningkat dan dengan begitu akan menghasilkan ketajaman gambar pada radiograf.
c.       Second (s)
Waktu eksposi/lamanya sinar-x yang keluar saat pemotretan dalam satuan detik.
d.      mAs
kualitas sinar yang dihasilkan.

e.       FFD (Focus Film Distance)
Jarak pemotretan dari fokus pesawat ke film.Pada saat jarak pemaparan dibuat dekat maka intensitasnya akan meningkat tetapi akan ada kecenderungan terjadi pembesaran gambar. Oleh karena itu perlu ditempatkan pada jarak yang optimal. Biasanya jaraknya dibuat konstan sejauh 36 inci.
f.       Ketebalan objek
Semakin tebal objek yang akan difoto, faktor eksposi semakin meningkat
g.      Luas lapangan penyinaran
Intensitas sinar-x yang keluar dari tube sinar-x

Faktor yang mempengaruhi kontras :
-  Tegangan tabung
-  Perbedaaan koefisien atenuasi linear gambar, dipengaruhi oleh kecepatan jenis dan nomor atom objek.
-  Radiasi hambur akan menurunkan nilai kontras
-  Penggunaan grid akan meningkatkan kontras radiografi dan menyerap radiasi hambur
-Processing film : agitasi yang terlalu lama menyebabkan gambaran hitam meningkat (kontras menurun), cairan processig yang lemah menyebabkan kontras menurun.



Faktor pemaparan


a)      Waktu Pemaparan (detik)
Pemaparan yang berlebih ataupun pemaparan yang kuran akan mempengaruhi hasil radiograf. Hal yang baik dilakukan adalah mengurangi waktu pemaparan ke waktu minimum untuk menghindari adanya pergerakan oleh pasien pada saat dilakukan pemaparan.
b)      Jarak bagian film
Jarak antara bagian yang akan terpapar dan film harus seminimal mungkin dengan tujuan untuk mendapatkan ketajaman yang bagus dan untuk menghindari pembesaran gambar. Jarak yang dibuat adalah nol dengan menetapkannya tetap kontak dengan kaset.
c)      Ketebalan jaringan
Jika ketebalan jaringan meningkat maka KVP harus ditingkatkan untuk mendapatkan tenaga penetrasi sinar yang lebih besar.
d)     Tipe film yang digunakan
Film yang berbeda dengan atau tanpa intensfying screen dipilih tergantung pada keperluan.

Parameter kualitas gambar pada CT-Scan


Gambar pada Ct-Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas sinar-x yang mengalami perlemahan setelah menembus objek, ditangkap detektor dan dilakukan pengolahan dalam komputer. Penampilan gambar yang baik tergantung kualitas gambar yang dihasilkan sehingga aspek klinis dari gambar tersebut dapat dimanfaatkan untuk menegakkan diagnosa.
Pada CT-scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal (Bushberg,2003).
Adapun parameter tersebut adalah :

A.    Slice thickness
Slice thickness adalah tebalya irisan atau potongan dari objek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm – 10 mm sesuai keperluan klinis. Slice thickness yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya dengan slice thickness yang tipis akan menghasilkan gambar dengan detail yang tinggi. Slice thickness yang tebal akan menimbulkan gambar yang mengganggu seperti garis-garis dan apabila slice thickness selalu tipis akan menghasilkan noise yang tinggi.
B.     Scan range
Scan range adalah pepaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness yang bermanfaat untuk mendapatkan ketebalan potongan yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.

C.    Faktor eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi, meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu (s). Besarnya tegangann tabung dapat dipilih secara otomatis pada setiap pemeriksaan (Jaengsri,2004)
Tegangan tabung (kV) adalah beda potensial antara tabung katoda dan anoda. Semakin tinggi awan elektron yang dihasilkan maka akan semakin kuat menembus anoda sehinnga daya tembus yang dihasilkan akan semakin besar.
Arus tabung (mA) adalah kuat lemahnya arus yang dihasilkan sinar-x, apabila arus tabung besar maka elektron yang dihasilkan akan semakin besar.
Waktu (s) adalah lamanya waktu eksposi, sangat berpengaruh terhadap jumlah elektron. mAs berpengaruh terhadap jumlah elektron dan kualitas sinar-x.
D.    Field Of  View (FOV)
Field of view adalah diameter maksimal dari gambar yang akan direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12cm – 50cm.
Field of view (FOV) kecil akan meningkatkan detail gambar (resolusi) karena field of view (FOV) yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti.
·         Field of view (FOV) kecil, antara 100mm – 200mm akan meningkatkan resolusi sehingga detail ambar dan batas objek akan tampak jelas. Field of view (FOV) kecil akan menyebabkan noise meningkat (Nesseth,2000).
·         Field of view (FOV) sedang, yaitu 200mm diharapkan gambar yang menghasilkan memiliki spesial resolusi yang baik, noise serta artefak sedikit (Genant,1982)
·         Field of view (FOV) besar, antara 350mm – 400mm akan menghasilkan spesial resolusi yang rendah karena pixel menjadi besar akibat dilakukannya magnifikasi. Field of view (FOV) besar akan menyebabkan noise berkurang dan kontras resolusi meningkat serta dapat dihindari munculnya streak artifact (Genant,1982).
E.     Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry (tabung sinar-x dengan detektor). Rentan gantry tilt antara -300 sampai +300. Gantry tilt bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi, dan menentukan sudut irisan dari objek yang akan diperiksa. Satuan ukur penyudutan gantry adalah derajat ( ͦ ).

F.     Pitch
Pitch adalah jangka waktu yang berhubungan dengan suatu kecepatan dan jarak. Pada CT-Scan helical, pitch didefinisikan sebagai jarak (mm) pergerakan meja CT-Scan selama satu putaran tabung sinar-x. Pitch digunakan untuk mengitung pitch ratio yang mana merupakan suatu ratio pada pitch untuk slice thickness/beam collimation, pitch ratio (pitch) yaitu 1:1 atau sederhananya 1. Suatu ppitch dengan nilali 1 menghasilkan kualitas yang terbaik dalam CT-Scan helical. Pitch ditingkatkan untuk meningkatkan volume coverage dan kecepatan proses scanning. Nilai pitch berada dalam range 0 sampai dengan 10, sedangkan pitch faktor antara 1 dan 2.
G.    Rekonstruksi matriKS
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element (pixel) dalalm proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam memori komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Pada umunya matriks yang digunakan beukuran 512 x 512 yaitu 512 baris dan 12 kolom. Pada pemeriksaan CT-Scan ukuran matriks disesuaikan dengan alat yang tersedia. Rekonstruksi matriks berpengariuh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi detail gambar yang dihasilkan (Bushberg,2003).
H.    Rekonstruksi algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakterisktik dari gambar CT-Scan tregantung dari kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi rekonstruksi algorithma yang dpilih maka semakin tinggi resolusi yang dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperyi tulang, soft tissue dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.
I.       Window width
Window width adalah nilai computed tomography yang dikonfersi menjadi gray scale untuk ditampilakn ke TV monitor. Setelah menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai computed tomography. Nilai ini mempunyai nilai HU (Hounsfield Unit).
Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU, jaringan lunak 140 HU sampai dengan 400 HU, untuk tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU. Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang dimiliki -1000 HU. Jaringan atau subtansi lain dengan nilai yang berbeda tergantung dari nilai perlemahannya. Jadi penampakan tulang pada monitor menjadi putih dan udara menjadi hitam. Jaringan dan subtansi lain akan dikonversi menjadi warna abu-abu bertingkat yang disebut gray scale. Khusus untuk darah yang semula dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi putih apabila diberi media kontras (Rasad,1992).
J.      Window level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik perlemahan dari struktur objek yang diperiksa. Window level menetukan densitas (derajat kehitaman) gambar yang dihasilkan. Untk jaringan lunak 30 HU – 40 HU, sedangkan untuk tulang 200 HU – 400 HU .
Nilai CT pada jaringan yang berbeda dan penampakannya dalam layar monitor (Bontrager, 2001)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III
PENUTUP


Kesimpulan


Parameter adalah  suatu acuan atau tolak ukur yang dapat digunakan untuk menetapkan keadaan atau kondisi, maupun kadar atau ukuran kualitas suatu gambar radiograf. Faktor-faktor yang menjadi parameter kualitas suatu gambar ialah densitas, kontras, ketajaman gambar, focal spot.

Saran


Sebagai acuan pembelajaran radiofotografi mengenai parameter kualitas gambar. Serta mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang menjadi parameter kualitas gambar.

 











 







Read more

Kuliah di Atro Muhammadiyah Makassar

Powered by Blogger.